Gambar: publicdomainpictures.net |
Sebagai seorang pengajar/pendidik, baik
guru, ustadz, kiai, atau pengasuh pondok pesantren sudah sepantasnya memberikan
ilmu dan suri teladan yang baik kepada anak didik.
Lebih jauh lagi para pendidik juga tidak
boleh melupakan perhatian terhadap perkembangan fisik (biologik), kejiwaan
(psikologik), sosial dan spritual anak muridnya. Anak-anak muridnya merupakan
masa depannya. Salah sedikit saja seorang pendidik membimbing muridnya maka
akan sangat fatal bagi masa depan bangsa dan negara di mana murid tersebut tinggal.
Sayangnya tidak demikian dengan yang menimpa seorang santri di sebuah madrasah swasta di daerah Kota Tinggi, Negara Bagian Johor, Malaysia.
Santri tersebut dipukuli gurunya sendiri
dengan menggunakan pipa air sampai pada akhirnya ia meninggal dunia. Sebuah surat
kabar Malaysia, Malay Mail mengutip catatan harian anak tersebut, “Ya Allah,
bukakan hati orangtua saya supaya mereka mengizinkan saya pindah ke sekolah lain
karena saya tidak betah di sini”.
Perkembangan zaman saat ini memang harus
benar-benar diantisipasi dengan baik oleh setiap pejuang pendidikan. Kemajuan zaman
dapat menjadi “buah simalakama”. Ketidakmampuan dan keengganan pendidik untuk
belajar dan memahami zaman dapat menimbulkan gangguan kesehatan jiwa terhadap
pendidik juga murid.
Menghadapi santri/murid yang gaduh di
kelas membutuhkan kecerdasan akal dan emosional. Jika tidak mampu cerdas dan
kurang mengendalikan emosi maka semakin banyak kemungkinan terulang lagi terjadi
peristiwa tersebut.
Pendidik juga harus memiliki pengatahuan
luas sehingga tepat dalam menentukan sikap dan tindakan ketika para murid
membuat gaduh. Apa harus dengan terapi edukatif, terapi represif, atau terapi hukuman.
Terapi edukatif diberikan sebelum murid
melanggar aturan. Terapi represif diberikan untuk kesalahan murid yang akut dan
fatal seperti tawuran. Murid yang diamankan pihak berwajib karena tawuran tidak
boleh diperlakukan sebagai kriminal atau perusuh. Ia hanya anak nakal yang
perlu diberikan “hukuman” dan kembali diberikan terapi edukatif.
Jika tidak juga jera dan masih terus
mengulang kenakalan, sebaiknya murid tersebut segera dikonsultasikan kepada
psikolog atau psikiater. Bagi sekolah, madrasah, orang tua, pesantren, atau
lembaga pendidikan pada umumnya yang membutuhkan konsultasi terhadap kenakalan
murid, Yayasan Madani Mental Health Care dapat menjadi pilihan yang tepat.
Untuk mendapatkan informasi lengkap
tentang Madani Mental Health Care dapat mengunjungi madanionline.org atau dapat
menghubungi UsDar: +62 816-1342-931, Ust. Samsul: +62 813-8397-6679, Ust. Jami:
+62 821-1000-8384, atau Ust. Gyn: +6285716512782
(Mohamad Istihori, Jum`at, 28 April
2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar