Selasa, 09 Mei 2017

Rencana Mau Bulan Madu Malah Jadi “Bulan Racun”



(Catatan Forum Silaturahmi Keluarga Madani 3 Bagian Ke-10  Bersama Bunda Meilani Hermanto di Studio Madani, Kamis, 4 Mei 2017)

narkobacandu.blogspot.co.id – Bunda Meilani, “Anak kita yang kena masalah narkoba ini kadang suka merayu kita, ‘Bu/Pak teman saya ini adalah teman terbaik yang pernah saya temui sepanjang saya mengarungi kehidupan. Teman saya inilah yang selalu ngajak saya makan bareng. Dia kerjanya bagus di kantor. Dia selalu ngengetin aku. Jadi, kalau saya mau pergi ke manapun saya maunya bersama dia’.


Tidak tahunya temannya yang ia angkat-angkat itu adalah seorang bandar. Ketahuan bandarnya dari mana? Suatu hari ketika temannya itu ketangkap polisi, saya yang harus mewawancarainya. Loh!!!???


Kita selalu menghadapi kondisi yang serba salah dengan anak dengan masalah narkoba ini. Belum lagi ketika dia menghadapi stigma. Ditambah peran media yang ikut membebaninya terhadap masalah stigma ini.

Anak saya juga mengalami stigma ini. Ceritanya anak perempuan saya menikah. Itu kembang pernikahan belum kering sudah muncul masalah. Puncaknya ketika anak perempuan saya hendak pergi bulan madu dengan suaminya.

Tiba-tiba dia pulang. Nangis dan menjerit sejadi-jadinya di kamarnya. Ketika saya menghampirinya. Saya belum bicara apa-apa, dia malah bilang mau cerai dengan suaminya. Dia bilang dia sudah nggak kuat lagi.

Saya kan jadi berpikir yang macam-macam. Ini anak diapain sama suaminya. Baru dua hari menikah tahu-tahu dia minta cerai. Setelah saya tanya lagi ternyata anak perempuan saya ini tidak terima terhadap stigma yang diberikan suaminya itu terhadap kakaknya yang terkena masalah narkoba.

Rupanya sebelum mereka berdua menikah, si anak kesayangan saya ini minjam mobil antik calon adik iparnya. Dia bilang dia lagi ada kerjaan, ada sesi foto dengan mobil antik.

Namanya mobil antik, tentu saja itu adalah sebuah koleksi. Maka dikasih pinjamlah ia oleh calon adik iparnya itu. Padahal mobil itu rencananya mau dipakai untuk mobil iring-iringan pengantin. Ternyata pas hari H ia tidak nongol.

Untung sekarang teknologi sudah canggih sehingga meski ia tidak hadir ketika adiknya menikah ia tetap ada di dalam foto bersama setelah foto keluarga tersebut diedit. Memang dia setiap acara foto keluarga tidak pernah hadir tapi tetap ada di dalam foto tersebut.

Setelah pesta pernikahan itu barulah si suami bertanya perihal keberadaan mobil antiknya kepada istrinya yang merupakan juga anak perempuan saya itu. Di situlah suaminya mengeluarkan kata-kata kasar terhadap kakak iparnya yang tidak berkenan di hati anak perempuan saya.

Padahal meski terkena masalah narkoba ia tetap merupakan kakak yang paling disayangi oleh anak perempuan saya. Nah, sampai begitu. Sampai keluarga mau hancur gara-gara ada salah satu anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba.

Itu contoh dampak dari stigma terhadap para pecandu narkoba. Al hamdulillah sekarang mereka berdua tetap utuh sebagai sebuah keluarga. Sampai hari ini anak perempuan saya dan suaminya sudah memiliki dua anak.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar