Senin, 11 Desember 2017

UsDar, “Kisah Binroh ODHA”



(Catatan 14, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

As salamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh...

Dalam rangka menyambut Hari AIDS Sedunia (HAS) 2017, izinkan saya berbagi pengalaman dan perjalanan hidup. Pada April 2003, saya ditelepon oleh salah satu pihak rumah sakit pemerintah Daerah Jakarta.

Beliau bertanya, “Pak, apakah betul ini adalah Darmawan?”

Saya bilang, “Iya betul.”

“Apa bisa Bapak datang ke tempat kami?”

Kemudian saya tanya, “Tempat apa iya, Pak?”

“Pak kami ini ada rumah sakit baru di Daerah Jakarta. Kebetulan rumah sakit ini adalah khusus untuk penanganan para korban HIV/AIDS.”

Esok harinya saya datang. Saya dimasukkan ke suatu ruangan. Bertemu dengan staf HRD dari salah satu rumah sakit tersebut. Saya  memperkenalkan diri. Selanjutnya, beliau meminta bantuan saya.

“Kami mohon bantuan Bapak. Saya mengetahui Bapak karena menjadi rekomendasi dari beberapa orang tua yang kebetulan anak mereka pernah kami rawat di sini.”

Insya Allah kalau memang saya ada waktu. Saya akan upayakan untuk bisa bantu apa yang memang bisa saya bantu.”

Akhirnya, beliau menceritakan bahwa rumah sakit tersebut adalah penanganan khusus orang-orang yang sudah terkapar akibat salah pergaulan. Baik pergaulan seks bebas atau narkoba korban jarum suntik (korban HIV/AIDS)

“Kami memiliki dua ruangan. Satu ruangan berkapasitas enam tempat tidur. Satu lagi ruangan kapasitasnya empat tempat tidur. Dari masing-masing ruangan itu ada yang kami sebut dengan istilah ruang terminal,” ujar beliau.

Saya bertanya, “Apa itu ruang terminal?”

Terminal kalau kita analogikan adalah suatu tempat persinggahan Kita bisa menuju dari satu kota ke kota lain dengan pilihan mau kota mana. Ternyata ini khusus. Begitu saya masuk, awalnya saya sempat kaget. Sempat sedih. Terenyuh. Bahkan ragu. Apakah saya bisa.

(Editor: Mohamad Istihori)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar