Selasa, 12 Desember 2017

“Pak, Anak Saya Sudah Lewat, Apa yang Harus Kami Lakukan?”



(Catatan 16, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

Di situlah saya pertama kali menyaksikan bagaimana pada saat saya lagi membimbing yang satu dengan kalimat, “Laa ilaaha illallah...” Saya berdiri di tengah-tengah karena kalau saya kunjungi ada satu-satu, yang lain minta.

Keluarga yang satu, “Pak, ruangan anak kami dulu.”

Sementara yang lain, “Pak, anak kami butuh bimbingan Bapak.”

Yang dari ruangan ujung bilang, “Pak, anak saya sudah lewat. Apa yang harus kami lakukan?”

Saya bagi waktu 30 menit. 10 menit saya berdiri di tengah-tengah. Saya sampaikan kepada keluarga dan para pasien yang terbaring lemah, khususnya bagi yang muslim, saya menghimbau untuk mengucapkan, “La ilaaha illalllah...”

UsDar, “Bimbingan Kerohanian di Ruang Kematian”



(Catatan 15, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

Bagian Kepala SDM tersebut berkata, “Bapak kan punya pengalaman sebagai pembimbing rohani pasien.”

“Iya betul. Saya punya pengalaman di beberapa rumah sakit. Al hamdulillah, saya mendampingi Prof. Dadang Hawari sebagai bina rohani pasien khususnya di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin, Salemba Tengah. Itu pekerjaan di luar dari rumah sakit tersebut.

Akhirnya, saya bertugas di situ. Pada kunjungan pertama, saya masuk ruang terminal. Saya tidak sanggup berlama-lama di ruang tersebut karena bau tak sedap yang sangat menyengat. Sebagaimana kita ketahui korban HIV khususnya yang sudah AIDS yang berada di ruangan tersebut pada saat itu saya lihat sudah terkapar, lemah, dan tak berdaya.

Senin, 11 Desember 2017

UsDar, “Kisah Binroh ODHA”



(Catatan 14, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

As salamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh...

Dalam rangka menyambut Hari AIDS Sedunia (HAS) 2017, izinkan saya berbagi pengalaman dan perjalanan hidup. Pada April 2003, saya ditelepon oleh salah satu pihak rumah sakit pemerintah Daerah Jakarta.

Beliau bertanya, “Pak, apakah betul ini adalah Darmawan?”

Saya bilang, “Iya betul.”

“Apa bisa Bapak datang ke tempat kami?”

Kemudian saya tanya, “Tempat apa iya, Pak?”

“Pak kami ini ada rumah sakit baru di Daerah Jakarta. Kebetulan rumah sakit ini adalah khusus untuk penanganan para korban HIV/AIDS.”

Esok harinya saya datang. Saya dimasukkan ke suatu ruangan. Bertemu dengan staf HRD dari salah satu rumah sakit tersebut. Saya  memperkenalkan diri. Selanjutnya, beliau meminta bantuan saya.

“Kami mohon bantuan Bapak. Saya mengetahui Bapak karena menjadi rekomendasi dari beberapa orang tua yang kebetulan anak mereka pernah kami rawat di sini.”

Insya Allah kalau memang saya ada waktu. Saya akan upayakan untuk bisa bantu apa yang memang bisa saya bantu.”

Akhirnya, beliau menceritakan bahwa rumah sakit tersebut adalah penanganan khusus orang-orang yang sudah terkapar akibat salah pergaulan. Baik pergaulan seks bebas atau narkoba korban jarum suntik (korban HIV/AIDS)

“Kami memiliki dua ruangan. Satu ruangan berkapasitas enam tempat tidur. Satu lagi ruangan kapasitasnya empat tempat tidur. Dari masing-masing ruangan itu ada yang kami sebut dengan istilah ruang terminal,” ujar beliau.

Saya bertanya, “Apa itu ruang terminal?”

Terminal kalau kita analogikan adalah suatu tempat persinggahan Kita bisa menuju dari satu kota ke kota lain dengan pilihan mau kota mana. Ternyata ini khusus. Begitu saya masuk, awalnya saya sempat kaget. Sempat sedih. Terenyuh. Bahkan ragu. Apakah saya bisa.

(Editor: Mohamad Istihori)

USams, “Merangkul ODHA”



(Catatan 13, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

ODHA memerlukan kekuatan iman yang luar biasa. Supaya CD-4nya bisa meningkat. Hal tersebut adalah kehendak Allah SWT. Kekuatan dia adalah ketika mau berpikir positif dalam kehidupan.

Sahabat Madani yang dirahmati Allah SWT. Allah memberikan kekuatan kepada kita bahwa tidak ada masalah yang tidak sesuai dengan kemampuan kita. “Laa yukalliful laahu nafsan illa wus'aha”. Itu janji Allah.

Jadi teman-teman ODHA, yakinlah bahwa inilah jalan yang terbaik untuk menuju kepada Allah SWT. Tidak akan ada lagi berbagai virus di surga kelak. Bagi kita yang mungkin saat ini tidak atau belum terkena oleh virus HIV/AIDS, maka jauhilah penyakit yang membuat virus tersebut dapat menular.

Kita perlu rangkul ODHA. Jangan kita kucilkan mereka. Beri mereka semangat. Buat mereka bergairah untuk tetap menjalani kehidupan. Selamat Hari AIDS Sedunia (HAS) 1 Desember 2017. Salam Madani Mental Health Care.

Was salamualaikum wa rohmatullahi wa barokatuh...

(Editor: Mohamad Istihori)

Sabtu, 09 Desember 2017

UJams, “Menjaga Kebaikan Bersama”

(Catatan 11, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

“Sesungguhnya Allah tidak pernah menzalimi manusia. Tapi sesungguhnya manusialah yang telah menganiaya dirinya sendiri.” QS. Yunus: 44.

Banyak hal tentunya bagi ODHA. Terima hal tersebut dan kuatkan diri kepada Allah SWT. Bangun pola hidup yang baik dan sehat. Kuatkan komitmen dan yakinkan bahwa setiap penyakit itu ada obatnya.

Allah Maha Penerima Taubat bagi orang-orang yang mau kembali kepada-Nya. Tidak usah ragu dan sungkan. Tetaplah percaya diri bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu mendengar setiap hamba-hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya.

Perzinaan yang saat ini secara masif dilakukan di berbagai media sosial (medsos) saat ini sangat perlu untuk kita waspadai. Jagalah diri kita. Dekatkan diri kita kepada orang-orang yang baik.

Pegang teguh al Quran. Itulah pedoman kita dalam kehidupan. Sebentar lagi kita akan memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah contoh ideal saat ini dan sampai akhir nanti. Beliau yang  mengarahkan kita kepada nilai-nilai kebaikan.

Ini adalah salah satu gerakan kita untuk memeringati 1 Desember 2017 dari Yayasan Madani Mental Health Care yang selalu berjuang untuk berbagai kebaikan. Insya Allah, kita adalah orang-orang yang mencintai kebaikan bersama. Kebaikan untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara kita.

Rabu, 06 Desember 2017

UHarid, “HIV/AIDS, Peringatan atau Ujian?”



(Catatan 8, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

As salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Selamat sore Sahabat Madani. Selamat beraktivitas. Apa iya yang menarik sekarang? Sekarang adalah bulan November. Sebentar lagi kita akan menghadapi namanya bulan Desember. Di bulan Desember itu biasanya, di tanggal 1 Desember, ada yang namanya Hari AIDS Sedunia (HAS).

Pada kesempatan ini biasanya teman-teman di Madani banyak yang melakukan aktivitas sebagai bentuk solidaritas kita. Terkadang kita ke jalan. Membentangkan spanduk. Terkadang kita bagi-bagi selebaran berisikan edukasi mengenai bahaya dan pencegahan HIV/AIDS.

Dengan adanya HAS kita berharap tentunya baik yang sudah mengetahui atau pun yang belum, bahwa HIV/AIDS merupakan suatu bentuk yang diberikan oleh Tuhan kepada kita (manusia) bisa jadi sebagai peringatan.

Bisa juga, seperti kata Ustad Samsul, HIV/AIDS dapat menjadikan diri manusia semakin lebih terkonsep. Mudah-mudahan momen 1 Desember dapat menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik dan senantiasa bersyukur.

Bagi teman-teman atau sahabat-sahabat yang emang sudah positif HIV/AIDS. Jangan pernah menyerah. Tetapkan keyakinan bahwa kita semua bisa. Jika kita memiliki teman ataupun punya saudara, jangan menjauhi orangnya tapi menjauhi virusnya.

(Editor: Mohamad Istihori)

Senin, 04 Desember 2017

Kepedulian Bro Indra terhadap ODHA

(Catatan 3, Memeringati HAS 1 Desember 2017)

As salamu `alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Selamat pagi. Salam sejahtera buat kita semua. Perkenalkan saya Bro Indra. Nama lengkap saya sebenarnya sih Indra Wira Setya. Namun yang sering dan akrab dipanggil oleh rekan-rekan kerja saya disebut Bro Indra. Saya praktisi di bidang penanganan narkoba dan skizofrenia dan juga tentang mereka yang terkena virus HIV/AIDS (ODHA).

Di pagi ini perkenaan saya untuk menyampaikan beberapa informasi berkaitan dengan Hari AIDS Sedunia (HAS) yang bertemakan bahwa kami peduli kepada ODHA. Tahun 2017 ini banyak hal-hal yang dilakukan oleh pemerintah maupun instansi tempat berkenaan dengan banyaknya stigma dan diskriminasi yang dilakukan dan yang terjadi di lingkungan masyarakat sendiri dengan adanya permasalahan sosial yaitu HIV/AIDS.

HIV/AIDS sudah sering disampaikan oleh berbagai instansi dan stakeholder yang ada terkait HIV/AIDS. HIV adalah virus. AIDS adalah kumpulan penyakit yang diawali dari virus HIV itu sendiri. Masih banyak karut marutnya pemahaman masyarakat tentang HIV itu sendiri. Masih banyak masyarakat yang belum mampu membedakan mana HIV dan mana AIDS.

Selasa, 26 September 2017

Duka Wanita Rohingya

Gambar: flickr.com

Begitu banyak fakta dan data yang dilaporkan oleh berbagai lembaga kesehatan dunia mengenai kasus pemerkosaan wanita Rohingya yang dilakukan oleh pihak militer Myanmar. Berbagai luka fisik juga mereka alami.

Mulai dari luka gigitan bahkan sampai luka pada organ vital mereka. Mereka sungguh diperlakukan tidak secara manusia. Yang lebih terluka tentu saja adalah jiwa mereka.

Jika luka fisik itu terlihat dan mudah diobati. Maka luka hati, jiwa, atau perasaan tidak bisa kita lihat. Kita hanya mampu mengamati dan menilai gejalanya saja.

Para korban pemerkosaan ini akan mengalami stres mental yang sangat berat bahkan sampai mereka masuk ke dalam liang lahad. Inilah kemudian yang dikenal dengan istilah stres paska trauma.

Seorang korban bahkan diperkosa secara bergilir di depan anaknya. Tak ada satu pun media yang berani memberitakan dengan terus-menerus bahwa peristiwa ini merupakan aksi terorisme.

Sabtu, 03 Juni 2017

Lain Ucapan, Lain Perbuatan



(Reportase Ke-4, Pesantren Ramadhan Bersama Habib Fuad Salim, LC. di SMK Bistek, Bekasi, 3 Juni 2017)

narkobacandu.blogspot.co.id – Habib Fuad kemudian mengajak para peserta pesantren Ramadhan untuk muhasabah atau mengevaluasi diri masing-masing.


Kita mengaku beriman kepada Allah, kita yakin bahwa firman Allah dalam al Quran adalah kebenaran yang nyata tapi perilaku kita selama ini justru malah berbanding terbalik.


“Minta ampunlah kepada Allah,” ujar Habib Fuad kepada seluruh siswa/i SMK Bistek, Bekasi yang hadir. “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala apa saja perbuatan yang telah kita lakukan selama ini.”

Sontak para peserta meneteskan air mata dan menangis tersedu-sedu. Bahkan ada yang menangis dan menjerit di antara mereka.

Dengan penuh kekhusyuan Habib Fuad melantunkan kata-katanya, “Kita bilang, kita yakin dan beriman kepada Allah tetapi kita malah terus melakukan maksiat pada-Nya.” Para peserta pun semakin menangis histeris.

Rabu, 31 Mei 2017

EK dan Komitmennya untuk Keluarga Tercinta



Oleh: Mohamad Istihori

Jika bukan karena izin Tuhan rasanya sangat sulit bagi saya untuk percaya bahwa tengah malam seperti ini, pada hari Ahad, di perkampungan yang cukup jauh dari rumah saya dapat berbincang serius tapi santai dengan seorang Sahabat Madani.


Sebut saja teman ngobrol saya malam ini adalah EK. Pria berumur sekitar 25 tahun ini bekerja sehari-hari sebagai supir pengangkut material bangunan. EK menceritakan pengalamannya sebagai supir yang setiap hari harus dipalak di tengah jalan oleh para preman berseragam.


Sebenarnya EK sudah mengadukan perihal pemalakan ini kepada atasannya. Namun, pihak perusahaannya pun tidak dapat berbuat banyak.

Akhirnya, suka-tidak suka ia harus menyisihkan uangnya untuk diserahkan secara paksa kepada para preman berseragam tersebut agar material bangunan yang EK antar dapat sampai tujuan dan EK dapat kembali ke rumah tanpa kurang satu apapun.

Jauh di lubuk hatinya, EK tetap berharap pada suatu hari nanti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. EK tetap menjalani profesinya seperti sekarang ini karena sampai saat ini belum memiliki kesempatan lain yang ia anggap lebih baik.

Apalagi sekarang EK sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Alasan pernikahan ini pula yang membuat EK untuk berhenti dari kebiasaannya minum minuman keras (miras). Dulu sebelum menikah, EK kerap mabuk miras setiap kali ia nongkrong bareng teman-temannya. Bahkan seminggu sebelum menikah EK masih suka mabuk-mabukan.

Dua Tanya



(Catatan Ke-6 Pelatihan Asesmen Konselor Madani bersama UGin di Studio Madani, Selasa, 9 Mei 2017)

narkobacandu.blogspot.co.id – Dalam asesmen terdapat dua jenis pertanyaan. Pertama pertanyaan terbuka dan kedua pertanyaan tertutup.


“Bagaimana respon keluarga Anda?” (Contoh pertanyaan terbuka)
“Keluarga marah atau tidak?” (Contoh pertanyaan terbuka).


Kedua pertanyaan tersebut sama pentingnya dalam asesmen. Biasanya pertanyaan tertutup digunakan untuk menutup sesi, agar asesmen tidak melebar dari inti permasalahan, atau memang dipakai untuk pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban, “iya” atau “tidak”.

Untuk mengawali sebuah asesmen bisa dimulai dengan acara kopdar (kopi darat). Setelah tercipta keakaraban sedemikian rupa baru petugas asesmen memulai untuk mengajak klien untuk melakukan asesmen.