(Catatan Ke-6 Pelatihan Asesmen Konselor Madani bersama UGin di Studio
Madani, Selasa, 9 Mei 2017)
narkobacandu.blogspot.co.id
– Dalam asesmen terdapat dua jenis pertanyaan. Pertama pertanyaan terbuka dan
kedua pertanyaan tertutup.
“Bagaimana respon keluarga Anda?” (Contoh pertanyaan terbuka)“Keluarga marah atau tidak?” (Contoh pertanyaan terbuka).
Kedua
pertanyaan tersebut sama pentingnya dalam asesmen. Biasanya pertanyaan tertutup
digunakan untuk menutup sesi, agar asesmen tidak melebar dari inti permasalahan,
atau memang dipakai untuk pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban, “iya” atau
“tidak”.
Untuk
mengawali sebuah asesmen bisa dimulai dengan acara kopdar (kopi darat). Setelah
tercipta keakaraban sedemikian rupa baru petugas asesmen memulai untuk mengajak
klien untuk melakukan asesmen.
Ada kalanya petugas
asesmen memberikan skala misalnya 1-4 ketika menanyakan seberapa mengganggu
efek narkoba atau seberapa klien membutuhkan pertolongan dari gangguan akibat
pemakaian narkobanya.
Jika klien
belum paham terhadap skala yang diberikan, dapat dijelaskan bahwa 1 = tidak
butuh, 2 = agak butuh, 3 = butuh, dan 4 = sangat butuh.
Petugas
asesmen hendaknya tidak terpaku pada draft pertanyaan dalam melakukan asesmen
sehingga perbuatan ini malah akan menjadi sebuah hambatan dalam berkomunikasi
antara petugas asesmen dengan klien.
Obrolan
dalam asesmen harus berjalan dengan mengalir, santai namun tetap serius di
dalam membahas permasalahan yang muncul dalam proses perjalanan asesmen
tersebut.
Mengapa
dalam semua form asesmen, petugas asesmen terlebih dahulu menanyakan perihal
riwayat kesehatan kliennya? Karena hal tersebut menunjukkan bahwa kita peduli
dengan kondisi dan keadaan kesehatannya sehingga terbukalah hubungan terapeutik
antara klien dengan petugas asesmen.
Petugas
asesmen harus memiliki keterampilan sehingga klien bersedia berbicara dengan
petugas asesmen terutama mengenai riwayat penggunaan narkobanya.
Bisa juga
sebelum masuk mengenai riwayat penggunaan narkoba tersebut, petugas asesmen
meminta klien untuk bercerita kenakalan apa saja yang pernah dilakukan klien
pada masa yang telah lalu.
Jika klien
tak kunjung mau untuk bercerita terbuka dan apa adanya, petugas asesmen tidak
dapat memaksa hal tersebut karena itu adalah hak klien.
(Mohamad
Istihori, 31 Mei 2017)
Catatan Selengkapnya :
Catatan 1 dari 7 : Mengenal Tujuan dan Teknik Asesmen terhadap Klien Pecandu Narkoba
Catatan 2 dari 7 : Tiga Simulasi untuk Para Peserta Pelatihan Asesmen Madani
Catatan 3 dari 7 : Jadilah Asesor yang TEN (Tulus, Empati, dan Netral)
Catatan 4 dari 7 : Delapan Prinsip Dasar Asesmen
Catatan 5 dari 7 : Teknik Mendengarkan Aktif
Catatan 7 dari 7 : Faktor Komunikasi Non Verbal dalam Asesmen
Catatan Selengkapnya :
Catatan 1 dari 7 : Mengenal Tujuan dan Teknik Asesmen terhadap Klien Pecandu Narkoba
Catatan 2 dari 7 : Tiga Simulasi untuk Para Peserta Pelatihan Asesmen Madani
Catatan 3 dari 7 : Jadilah Asesor yang TEN (Tulus, Empati, dan Netral)
Catatan 4 dari 7 : Delapan Prinsip Dasar Asesmen
Catatan 5 dari 7 : Teknik Mendengarkan Aktif
Catatan 7 dari 7 : Faktor Komunikasi Non Verbal dalam Asesmen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar